Selasa, 05 Agustus 2008

JANGAN RIBUT DI NEGERI CHINA



WAH ORANG INDONESIA SEPERTINYA MAU MAIN KEROYOK AJA
SIAPA YANG GANGGU, BIAR JACKIE CHAN YANG SELESAIKAN. DIA SUDAH BAWAKAN POLISI ASLI CHINA

MANA YANG LEBIH HITAM




KATA ORANG TEJE HITAM, COBA BANDINGKAN DENGAN ORANG CHINA ITU, MANA YANG LEBIH HITAM




















NUMPANG FOTO BARENG MODEL SUMEKS




MBAK LIRIS MAU KEJAR TARGET SAMPAI KE NEGERI CHINA. JUALAN KORAN GAK LAKU-LAKU. PAYAH!




MAFIA HONGKONG





KANG DADANG GIOK DAN TEJE JACKIE CHAN

DI INDONESIA FILM MAFIA HONGKONG CUKUP TERKENAL, BEGITU JUGA DENGAN FILM KUNGFU OF DRAGON.

BERHUBUNG SUDAH SAMPAI DIHONGKONG, APA SALAHNYA COBA-COBA BERGAYA MAFIA DAN AKTING FILM DRAGON

SENYUMLAH UNTUK DUNIA




Inilah wajah-wajah tanpa dosa. Senyum memang membuat dunia bulat berseri-seri. Senyum juga membuat kita mengerti arti kehidupan ini.

POSISIKAN TANGAN YANG BAIK



Pak Muji, tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah raja, dermawan dan pengusaha.

UNSUR YANG BIKIN KITA TERPURUK

LEBIH BAIK TIDAK TAHU PENYAKIT


Pak Solikhin jangan makan terlalu banyak mengandung unsur 'Yang'nya, unsur Yang adalah panas. Itu tidak baik bagi tubuh kita.

''Mau Yang, mau ying, yang penting santap,'' kata Solikhin.

Sejumlah tim ahli dalam pengobatan China di lembaga pengobatan tradisional Beijing, selalu memberikan gambaran tentang kehidupan, terutama tubuh manusia yang didominasi unsur Yang dan Ing. Yang adalah unsur panas yang didominasi daging merah, lemak, kacang-kacangan dan lain-lain. Sedangkan unsur Ying didominasi sayur-sayuran dan buah-buahan
berserat, mulai sayur sawi, kangkung, kubis dan lain-lain.




Antara yang dan ing harus seimbang dalam tubuh kita. Bila diantara dua itu tidak seimbang bisa mengakibatkan tubuh kita sakit. Misalnya serangan jantung, ginjal, paru-paru, kanker dan lain-lain.

Setelah tim ahli pengobatan tradisional mendiagnosa masing-masing tubuh teman-teman kita, diantara mereka banyak yang ketakutan. Bagaimana tidak, profesor mengatakan si A terkena jantung, Si B kena penyumbatan lemak dan lain-lain.
Kontan saja Pak Solikin kaget mendadak dan sakit mendadak. Kata Kang Dadang Giok, Untung Pak Solikin sudah melewati masa kritisnya. Sementara Mbak Eka dari Jambi malah tumbuh radang, seperti cacar disekujur wajahnya. Duh kasihan banget.
Padahal Kang Teje yang merokok sehari menghabiskan tiga bungkus dibilang sehat, sehingga tidak perlu direkomendasi untuk beli obat.

Singkat cerita, teman-teman nyesel mendengar jenis penyakit. Lebih baik tidak mendengar sama sekali.

Senin, 04 Agustus 2008

MENYEDIHKAN


MAU SENANG DI NEGERI ORANG, MALAH TERKENA RADANG, DUH MENYEDIHKAN...!

PAPARAZZI






ADAKALANYA DUNIA TAK PERLU BERKATA-KATA



























































PALING MENYEBALKAN

YANG PALING MENYEBALKAN DIPANTATI ORANG


















































DAN YANG PALING MENYEBALKAN, MAKAN ENAK DISIRAM ORANG

BERGAYA FOTO MODEL DI BEIJING




AWAS JANGAN REBUTAN MEMOTRET


WAJAH-WAJAH SERIUS

DUNIA SERIUS

















































Dunia tak cukup hanya untuk dipikirkan. Jangan terlalu serius Pak. Masalah Negara juga tidak cukup untuk dicemberuti. Percayalah!

Sabtu, 19 April 2008

Ombudsman Jawa Pos

Ombudsman Jawa Pos ke Redaksi Sumeks


Hinca IP Pandjaitan, Ombudsman Pers Jawa Pos, berkunjung ke dapur harian Sumatera Ekspres, Minggu (30/5/2008). Kedatangan Hincca ini sempat membuat ketar-ketir seluruh awak redaksi. Kalau Hinca yang datang pasti ada yang tidak beres dalam keredaksian, terutama hal-hal menyangkut masalah hokum. Nah, siapa yang tersangkut masalah hokum?

Ternyata tidak. Kunjungan ini lebih pas diartikan sebagai kunjungan ‘curhat’ alias curahan hati masyarakat terhadap perkembangan pers yang dikawatirkan bisa dimanfaatkan orang untuk tujuan tertentu.

Ombudsman pers adalah wadah yang pas untuk menyelesaikan sengketa pers secara bermartabat tanpa mengorbankan prinsip-prinsip kebebasan pers. Wartawan harus paham betul filosofi dan motivasi pembentukan Ombudsman Pers, serta kegunaannya untuk meningkatkan profesionalisme wartawan dan tanggung jawab media terhadap praktik pers bebas yang bermartabat. Ombudsman Pers juga merupakan sebuah ‘’wadah perjuangan’’ untuk mengajak siapa saja yang merasa punya ‘’sengketa jurnalistik’’ untuk menyelesaikannya melalui mekanisme jurnalistik.

Bacalah buku Ombusman yang ditulis saudara Hinca IP Pandjaitan dkk serta Putusan mahkamah Agung RI 3173/K/Pdt/1993. Perjuangan untuk menjadikan Ombudsman Pers bergigi adalah bagian dari panggilan profesionalitas seorang wartawan untuk menjadikan dirinya dapat bekerja dengan bebas, tanpa rasa takut, dan jika bermasalah, diselesaikan secara bermartabat

Selasa, 15 April 2008

Wayang pun Boleh Gaul Plus Funky

Sudirman Ronggo Darsono dan Ki Putut Wijanarko

Zamannya MTV, Wayang pun Boleh Gaul Plus Funky





Wayang boleh punya pakem, tapi dalang juga harus kreatif. Apalagi untuk mendekatkan wayang kepada anak-anak muda pada zamannya generasi MTV sekarang. Kuncinya, wayang juga harus gaul.

"Nut jaman kelakone!" Begitulah kiat dua dalang angkatan muda Ki Sudirman Ronggo Darsono asal

Ki Sudirman Ronggo Darsono dan Ki Putut Wijanarko

Surakarta dan Ki Putut Wijanarko dari Sragen mendekatkan wayang pada anak-anak gaul zaman sekarang. Artinya, wayang juga harus gaul dan mengikuti perkembangan jaman

"Sekarang generasinya MTV. Biar gaul dan--kalau perlu--funky wayang butuh pembaruan. Jika tidak ada pembaruan bukan tidak mungkin kesenian wayang akan ditinggalkan oleh masyarakat" begitu alasan Ki Sudirman Ronggo Darsono ditemui di sela Sarasehan Wayang Kulit 2008 yang digelar oleh Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Komda Kota Palembang, di Aula RRI, kemarin (9/4).

Menurut Ki Sudirman, pakem pewayangan adalah paugeran (batasan) dalam wayang yang harus dipatuhi oleh para dalang. Meskipun demikian, isen-isen (isi) ajaran dalam pergelaran wayang harus disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Bahkan dalam adegan tertentu, omongan tokoh-tokoh tertentu juga tidak ditabukan dleweran (merambat) ke permasalahan yang sedang aktual di masyarakat. Bahkan, ketika sedang dalam jejeran, tiba-tiba Janaka terkentut, sebenarnya juga bukan hal yang tabu. Kenapa tidak? Bukankah Janaka itu juga gambaran sesosok manusia biasa," katanya.

Pendapat serupa diungkapkan Ki Putut. Ia mengingatkan, ketika pola pemikiran masyarakat telah berubah seiring dengan zamannya, semestinya wayang juga demikian. "Kita bisa melihat bagaimana pandangan generasi muda sekarang terhadap wayang. Apakah mereka masih sedekat seperti yang pernah dilakukan oleh generasi pendahulunya," paparnya.

Menurut Ki Putut, ketika pandangan mereka tidak seperti generasi terdahulu, semestinya pertunjukan wayang sekarang memiliki pendekatan yang berbeda. "Itu yang mestinya dipertimbangkan jika tak ingin wayang ditinggalkan (masyarakat). Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana membuat pertunjukan wayang bisa sealur dengan pemikiran generasi muda sekarang," tandasnya.

Keduanya juga cuek bebek mengaku terobosan perlu dilakukan untuk membuat asap dapur tetap mengepul. Mereka lalu bercerita bagaimana para dalang senior mengeluhkan popularitas wayang kulit yang kian merosot. Gelar wayang sepi penonton. Para dalang rame-rame alih profesi.

"Introspeksi. Kenapa kok orang tidak suka melihat wayang kulit? Buat terobosan dan jangan kaku dengan pakem-pakem tertentu. Lha, kalau kita fanatik dengan pakem, siapa yang mau nonton?" Ki Sudirman seolah bertanya.

Katanya, yang paling penting hakikat seni wayang kulit yang tak sekadar hiburan belaka, melainkan media efektif untuk pembelajaran masyarakat, tetap dipertahankan. "Tontonan plus tuntunan, memenuhi suluk, sabet, cerita, iringan. Pakem itu yang harus dijaga. Kalau soal inovasi, itu tergantung kreativitas dalangnya," lanjutnya bersemangat.

Namun demikian, untuk mengarah ke sana bukan perkara mudah. Pasalnya dalam wayang lekat dengan hegemoni tentang adanya aturan-aturan yang seakan membatasi munculnya pembaruan. "Namun demikian, bagi saya kreativitas tetaplah menjadi tuntutan agar generasi muda tidak semakin jauh berpaling, tanpa meninggalkan keadiluhungan pergelaran wayang," timpal Ki Putut.

Lebih jauh ia menguraikan, untuk menuju keadiluhungan pergelaran wayang, seorang dalang harus memenuhi 12 syarat. Di antaranya antawecana (menyuarakan secara tepat masing-masing tokoh wayang), renggep (dapat menyajikan tontonan yang mengasyikkan, nges (dapat mendramatisasi adegan sehingga mampu membangkitkan rasa keterlibatan penonton/pendengar), tutug (dapat menyajikan lakon sampai tuntas), gecul/banyol (dapat membuat lelucon) dan kawiradya (dapat membedakan janturan untuk masing-masing adegan. (*hari budiyanto)

Selasa, 25 Maret 2008

Manager AEC Jakarta Kunjungi Sumeks

Usai rapat membahas proyeksi edisi Minggu, dua wanita utusan kedutaan Australia, Irene Pingkan Umboh, Bbus MH Mgt, yang juga selaku Australian Education Centre (AEC), pusat Informasi yang didirikan oleh pemerintah Australia, (25/3/2008) berkunjung ke dapur Harian Sumatera Ekspres. Irene didampingi Lydia Kurniawan Bcom, senior information officer AEC, mengungkapkan rencana road show mengenai pilihan karier yang tepat.

Menurut Irene, pihaknya tidak meminta masyarakat Palembang kuliah di Australia. Namun Road show ini dimaksudkan untuk memberikan wahana baru mengenai dunia karier.









Perintis Harian Sumatera Ekspres (Jawa Pos Grup) 1995

Inilah wajah-wajah 'wong lamo' perintis berdirinya harian Sumatera Ekspres bersama Jawa Pos Group. Harian ini sebelumnya bekerjasama dengan Surya Persindo Group (Media Indonesia) Tapi hanya bertahan 2 tahun saja. Kemudian pada 1995 bergabung dengan Jawa Pos hingga sekarang. Foto diatas adalah Ali Fauzi (Sekarang di Jambi Independent), Muntako BM (Palembang Pos), Anwar Rasuan (Manager Sumber Daya Manusia-SDM/Manager Personalia) dan Triyono Junaidi (Redaktur), paling belakang tamu redaksi.

Cak Muchtar (sekarang di JPNN Surabaya) dan Triyono Junaidi 1997 (masih bujangan)

Muntako BM, Ali Fauzi dan Triyono Junaidi (belakang tamu)
Cak Muchtar dan Triyono Junaidi: wartawan culun, lucu ya....


Rapat dewan redaksi Sumatera Ekspres 1997 di kantor lama (rumah biasa yang dijadikan kantor)